Tuesday, February 22, 2011

Ini Dia Keangkeran Kamar Mumi Firaun



Belasan gadis cantik dan pemuda Mesir berjejer di sisi kiri dan kanan pintu gerbang Museum Nasional Mesir pada Ahad (20/2), menyambut pengunjung di hari pertama pembukaan kembali setelah ditutup selama empat pekan sejak Revolusi 25 Januari.



"Ahlan wasahlan (selamat datang)", kata para muda mudi itu sambil melambaikan bendera mini nasional Mesir, merah-putih-biru yang di tengahnya bergambar burung rajawali berwarna kuning.



Di hari pertama pembukaan museum pada pagi menjelang tengah hari itu suasana Museum tampak sepi, hanya beberapa pelancong bule dan turis bermata sipit serta warga setempat.




Sejumlah tentara bersenjata lengkap masih mendominasi pengamanan di dalam dan di luar museum. Tank-tank lapis baja masih berbaris di depan dan sekeliling museum yang dikerahkan sejak 28 Januari.



Museum itu terletak di sisi utara Bundaran Tahrir, tempat konsentrasi sejutaan pengunjuk rasa yang berhasil menumbangkan Presiden Hosni Mubarak pada 11 Februari.



Dilaporkan sempat terjadi penjarahan di museum sehingga sejumlah keping benda antik di Museum itu hilang, dan sejumlah lainnya rusak, pecah berantakan.



Penjarah menggunakan kesempatan aksi unjuk rasa hebat pada 28 Januari ketika pandangan terfokus pada terbakarnya kantor pusat partai berkuasa, yang letaknya persis di samping museum.



"Ada beberapa benda antik dicuri, dan rusak, jumlahnya dan nilainya sedang diteliti, tapi tidak banyak kerugian berarti," kata Menteri Urusan Benda Purbakala, Zahi Hawwas, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Benda Purbakala di Kementerian Kebudayaan.




Untungnya, perampok tidak berhasil menjamah kamar mumi Firaun dan ruang penyimpanan emas, perak, dan berlian yang tak ternilai harganya dari peninggalan raja-raja Mesir kuno di lantai dua museum karena berpintu besi terkunci.



Tiket masuk untuk warga asing 60 pound Mesir atau sekitar Rp 120.000 per orang. Saya merogoh kocek hendak beli tiket, tapi seorang petugas menghampiri dan membisiki, "Hari ini untuk wartawan gratis."



Saya pun masuk museum dengan penuh penasaran ingin cepat-cepat melihat mumi Firaun karena Museum untuk mengetahui nasib mumi yang difavoritakan pelancong manca negara.



Selain bayar masuk museum, bagi pengunjung warga asing yang masuk ke kamar mumi Firaun harus merogoh kocek lagi, 150 pound atau sekitar Rp 300.000.



Kamar mumi




Firaun dalam bahasa Mesir kuno adalah raja atau penguasa. Sudah menjadi budaya, setiap raja atau keluarganya yang telah mati, jasadnya dibalsem dan diawetkan menjadi mumi.




Di museum itu terdapat dua kamar mumi, satu kamar berisi 11 mumi dan satunya lagi 12 mumi, yang menjadi tempat paling favorit dikunjungi turis manca negara termasuk dari Indonesia.



Setiap mumi ditempatkan di dalam kotak kaca bening persegi panjang, dilengkapi dengan alat elektronik untuk mengamati dan menjaga tingkat kelembaban suhu di sekitarnya dari menit ke menit.



Menurut catatan Museum Nasional, mumi-mumi itu pertama kali ditemukan tahun 1881 di gudang makanan dan perlengkapan di Deir Al-Bahari, daerah Luxor, Tepi Barat Sungai Nil, dan tahun 1898 di gudang makanan dan perlengkapan Makam Raja Amenhotep II di daerah yang disebut Wadi Al Muluk, Lembah Raja-Raja.



Mumi Ramses II, Firaun terkenal yang meninggal dunia dalam usia 60, diyakini tewas akibat diracun dan jasadnya diabadikan atau diawetkan, tangannya berlipat silang ke dada, berambut lurus putih kekuningan.



Ada pula mumi Ramses IV tercatat hanya berkuasa enam tahun dan meninggal dalam usia 50, kedua matanya diganti dengan bawang, tengkoraknya diisi damar dan perutnya dimasukkan lumut.



Mumi pendeta Amun, yang berkuasa di wilayah Mesir selatan dan menetapkan Thebes sebagai ibukota relijius Mesir kuno.




Raja Amenhotep I, dinasti 18 memerintah tahun 1525-1504 SM di Deir Al Bahri, wafat dalam usia 40-an, putra dan pengganti Ahmose I, Amanhotep I.



Ada dua ratu di antara mumi tersebut, yaitu Ratu Hatshepsus dan Ratu Ahmose Meritamun.



Raja Tuthmosis I dinasti 18 (1950-1292 sm, deir al bahri catch, kedua tangannya tidak terlipat di dada tapi di pusar.



Ada pula Raja Tuthmosis III, dinasti 18 1479-1425 SM, Deir Al Bahri, tinggi badannya 1,70 meter, berkuasa 55 tahun, wafat di usia 60.



Raja Tuthmosis II, dinasti 18 1492-1479 SM, Deir Al Bahr, wafat dalam usia 30 tahun, berkuasa 14 tahun, ia menikah dengan saudari tirinya, Ratu Hatshepsus.



Di antera mumi itu terdapat dua ratu, yaitu Ratu Hatshepsus dan Ratu Ahmose Meritamun.




Ratu Hatshepsus menggantikan suaminya berkuasa antara 1479-1458 SM pada dinasti ke-18, wafat dalam usia 60 akibat komplikasi penyakit, muminya ditemukan di Lembah Raja-raja pada 1903.



Sementara Ratu Ahmose Meritamun, juga dinasti ke-18, dia adalah putri Raja Amanhetop I (1525-1504 SM) dari Thebet, Deir Al Bahri.



Raja Merenptah, putra ke-13 Ramses II, memerintah pada dinasti 19 antara 1213-1203 SM, mumi ini satu-satunya mumi yang mengandung banyak garam.



Bulu roma Merinding



Harap maklum, dari penjelasan di setiap mumi tersebut, tidak satu pun disebutkan mati tenggelam di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan pengikutnya, bangsa Yahudi.



Banyak pendapat mengenai Firaun pengejar Nabi Musa. Ada pendapat mengatakan Firaun pengejar Nabi Musa adalah Raja Ramses II.




Pendapat lain menyebutkan Raja Merenptah, 1213-1203 SM, dinasti 19, putra ke-13 Ramses II.



Sebagian orang meyakini Merenptah adalah raja yang mati tenggelam di Laut Merah karena muminya mengandung banyak garam.



Alhasil, kamar penyimpanan mumi di museum tersebut didesain sedemikian rupa sehingga bentuknya mirip dengan ruang mayat raja-raja Mesir kuno, persis seperti ditemukannya di beberapa kuburan raja-raja seperti di Deir Al Bahri dan di Wadi Al Muluk, Lembah Raja-Raja.



Untuk masuk ke kamar mumi, melewati dua pintu. Pintu pertama terbuat dari kaca anti peluru yang dijaga petugas, kemudian berjalan sekitar sepuluh meter, berbelok lagi ke kanan naik tanjakan tangga empat tapak, terus masuk pintu kedua yang buka-tutup otomatis.



Suhu udara di dalam kamar mumi berkisar antara 19 dan 20 derajat selsius yang ditata secara otomatis untuk menghindari kelapukan mumi.



Cahaya kamar mumi juga dibuat agak sedikit remang. Meskipun sebelumnya saya sudah beberapa kali masuk ke kamar mumi Firaun tersebut, tapi kali ini suasanya agak beda: sepi senyap.


Ketika sedang asyik mencatat nama-nama dan era dinasti para mumi-mumi Firaun itu, tiba-tiba tersadar bahwa di kamar itu hanya saya seorang diri, semua pengunjung sudah pada keluar.


Tengok kiri tengok kanan terlihat hanya mayat-mayat Firaun, waduh bulu roma ini merinding, saya pun mengambil langkah seribu, bergegas keluar dari kamar mumi.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...